Kupang, A1-Channel.com - "Jangan Pakai Cita Rasa tapi dengan Cinta Nasionalisme, jika Cinta NTT maka pakailah produk UMKM di rumah dan di kantor kita".
Kalimat di atas merupakan rangkuman dari apa yang dilontarkan Gubernur NTT, Dr. Viktor Bungtillu Laiskodat (VBL) dalam talkshow berthema ‘UMKM Bangkit Optimis dengan Digitalisasi’ yang digelar oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan NTT, pada hari Kamis (28/4/2022) bertempat di Kantor BI, Jalan El Tari Kupang.
Selengkapnya, seperti yang di kutip dari Postingan Viktor Bungtillu Laiskodat di media sosial :
Semua negara pada saat perang dunia ke-2 selesai, Jepang itu amburadul, porak poranda. Lalu mereka memutuskan suatu keputusan politik yang luarbiasa, mereka tidak akan makan makanan dari luar, mereka tidak akan pakai produk - produk dari luar, mereka tidak akan pakai teknologi dari luar, seburuk apapun teknologi mereka mereka akan pakai. Lalu mereka berusaha untuk akan menjadi sempurna.
Inilah cara berpikir yang sedang saya dorong supaya kita mencintai produk NTT dulu sebelum kita jual keluar. Kita sendiri tidak mau pakai tenunan. Dan cinta produk kita sendiri itu akan mencintai bangsa Indonesia, mencintai daerah Nusa Tenggara Timur. Perijinan sudah gampang, produknya kita latih dengan melakukan pendampingan, baik dari Dinas Nakertrans, dari BI, dari OJK, dari bank NTT, dari teman - teman di KADIN, dari mana saja pendampingan. Tapi siapa yang beli? Lalu kita bilang kita akan cari market di luar, jangan. Kita pakai produk kita sendiri.
Nah itulah kenapa saya bilang kita berbicara tentang diri kita sendiri, bicara tentang apakah saya bangga pada diri saya. Caranya apa? Bagaimana produk - produk saya, produk saya itulah yang membuat saya bangga. Produk saya itu yang membuat identitas saya. Kemanapun saya pergi produk - produk itu menjadi identitas saya, dimanapun saya pergi. Karena kita punya mimpi seperti itu, kehendak seperti itu, produk - produk UMKM yang diproduksi itu akan dipakai semua, dan mereka akan maju.
Sebagai pemimpin saat saya memborong produk UMKM sepanjang kunjungan kerja, bukan karena saya cari nama, tugas saya memborong itu supaya semangat orang bekerja lagi, toh juga tidak mahal. Jadi kemanapun kita pergi, sebagai pemimpin, kita harus mampu untuk menjadi bagian dari pembangunan kemanapun kita pergi kita menjadi manusia yang membuat kehidupan itu makin maju. Itu ciri khas manusia pemimpin. Jadi kita bicara UMKM saat ini memang menjadi 70ribuan dari 100 ribuan UMKM, karena COVID-19, tapi bisa saja bukan karena COVID-19, tapi karena kita pemerintah tidak ikut berperan aktif untuk membeli. Jadi sebenarnya waktu COVID-19 itu kita anggarkan anggaran COVID-19 itu untuk membeli, nah itu yang tidak jalan selama ini. Kami di Provinsi jalan, tapi itu tidak jalan di daerah karena daerah itu cara berpikirnya belum Indonesia, belum NTT, belum Kabupaten, berpikirnya yang penting kalau dipakai harus bagus. Nah bagus itu standarnya kita belum dapat, ada yang belum lolos badan POM, ya standar kita saat ini masih seperti itu, one day, dengan kita akan terus mendampingi mereka akan sampai ke level itu.
Begitu juga dengan UMKM kita, walau barangnya tidak enak, kita makan saja, jadi tidak pakai cita rasa, tapi pakai cinta nasionalisme kita, cinta nasionalisme kita mengalahkan cita rasa kita, karena kalau kita pakai cita rasa ini tidak akan jadi. Nasionalisme itu selalu dikedepankan dengan produk - produk kita. Mencintai NTT adalah barang yang kita pakai di dalam rumah kita, pakai di kantor kita.
Masalah membangun sesuatu itu bukan saja pengetahuan tapi perlu juga ada cinta disana. Cinta itu menjadi roh kekuatan untuk mengungkapkan pengetahuannya. Sepintar apapun seorang manusia, tapi kalau tidak ada cinta, kering dan tidak akan menjadi sesuatu yang berguna. Karena itu saya harapkan dalam momentum yang baik ini, saya mengajak, mendorong kita semua, untuk teman - teman dari Kabupaten dan Kota untuk seminggu empat kali ke kantor pakai tenunan, itu sudah sangat menolong penenun penenun kita, dan ingat itu bukan hasil kerajinan tangan, itu hasil karya intelektual sekelas pelukis dunia seperti Leonardo Da Vinci, Michael Angelo, karena dari imajinasinya diturunkan langsung jadi tenunan, sama seperti pelukis dunia, itu menunjukkan tingkat intelektual mama - mama Nusa Tenggara Timur itu sangat tinggi. Jadi jangan pernah bilang orang NTT itu bodoh, karena kami turunkan dari imajinasi ke konkrit tanpa memakai petunjuk yang lain.
Karena itu dimanapun saya pergi, saya memborong semua tenunan bukan untuk menyenangkan mama - mama penenun, tetapi karena didalam hati saya, saya memberikan penghormatan pada manusia - manusia intektual ini dan mereka yang begitu tegar untuk bertahan. Kalau kita sudah tidak menghormati karya intelektual ini, dan kita tidak menciptakan narasi - narasi hebat tentangnya, siapa lagi? Hanya kita yang mampu menciptakan narasi tentang diri kita, agar orang lain menghormati kita karena kita menarasikan dengan baik.
Dalam perjalanan saya, banyak sekali tanaman coklat dan kelapa, tapi kita tidak tertarik minyak kelapa, kita beli produk kemasan minyak goreng dari luar yang bukan buatan kita, padahal jika kita beli uangnya itu untuk rakyat, kembali pada kita. Kedua, dengan membeli minyak kelapa, ampas kelapa itu dapat disubtitusi untuk pakan ternak karena itu salah satu pakan ternak terbaik. Satu tahun NTT membelanjakan 1,1 trilyun rupiah ke luar hanya untuk pakan ternak ayam dan babi. Karena itu kita telurnya datang dari Surabaya, daging ayam dari Surabaya, karena pakan ternaknya mahal. Kita subtitusi semua dan semua bahan pakan terbaik ada di kita, ampas kelapa, kelor, tepung ikan, jagung, semua ada di kita. Karena itu saya harapkan KADIN dan Lembaga Perbankan yang ada disini tetap berkolaborasi dengan ekosistem yang erat akan sangat membantu UMKM untuk dapat bertumbuh dengan baik. Karena itu akan menunjukkan kualitas dan peradaban Nusa Tenggara Timur yang semakin baik. Kalau nantinya kita semua pakai, dan bangsa - bangsa lain pakai, provinsi - provinsi lain pakai produk punya kita, maka kita harus katakan bahwa kita sedang menghidupi negara dan provinsi - provinsi lain dengan produk kita. Itu tandanya kita sedang hidup, karena kita mampu membuat orang lain menggunakan dan menikmati produk - produk kita yang hasilnya keluar dari ibu - ibu, dari mama - mama dan masyarakat kita yang dulunya tidak dianggap.
Karena itu sebagai Gubernur kita akan terus mendorong UMKM terus bertumbuh, dengan produk yang baik dan kualitas bermutu, kita juga ingin agar marketnya datang dari kita sendiri dan kita akan membantu melindungi dan mendampingi mereka.
(A121/Sumber FB Viktor Bungtillu Laiskodat)