Kupang, A1-Channel.com -- Perilaku premanisme di NTT bukan hal baru. Sejak dulu di setiap wilayah di NTT selalu saja ada individu tertentu yang berlagak bak jagoan. Paling sial kalau itu preman su kena moke. Suaranya keras mengelegar menantang dan mengancam. jangan dekat dekat. Bisa kena falungku sembarang. Minimal kena gertak.
Tetapi preman atau jagoan atau di beberapa tempat lain di NTT kerap disebut bajingan itu, dulu selalu tampil jantan dan terbuka dan konsekuen.
Profesor Penjahat
Viktor Bungtilu Laiskodar (VBL) Gubernur NTT secara jantan dan terbuka mengakui masa lalunya yang kelam. Ia pernah jadi preman di Jakarta. Ia sendiri menyebut dirinya profesor penjahat. ASN terlambat di suruh push up. Pelaku Human Tracfiking diancam patahkan kaki. Ia sanggup beradu gertak dengan mama mama minim pakaian di Besipae atau tetua adat di Sumba Timur. Ia santai saja menyaksikan anak buahnya menghajar seseorang di Jalan Sudirman Jakarta. Dan masih banyak lagi rentetan kekerasan sikap dan verbal yang pernah ia lontarkan. Entah apakah sudah pihak pernah kena falungku VBL. Mungkin tidak ada karena VBL kini gubernur pejabat publik.Yang pasti ia hanya pernah beradu tinju dengan Chris Jon.
Kasus Fabi Latuan
Fabi, seorang jurnalis dihajar preman berkedok di depan PD Flobamora. Biadab. Polisi perlu segera menangkap pelaku, mencari tahu motif, dan kalau ada aktor intelektual perlu segera diungkapkan. Demi untuk menghindarkan dusta.
Sebagian opini publik tentang kekerasan yang dialami oleh Fabi suka tidak suka ada pula yang mengarah ke VBL. Kasihan. Bagimana tidak? Kejadian itu dialami oleh Fabi, wartawan kritis dan vokal yang suka mengecam berbagai kebijakan VBL. Kejadian itu sendiri terjadi persis di gerbang PD Flobamora yang dikelola oleh pihak yang dikenal dekat dengan VBL. Sementara itu, Fabi saat itu dalam tugas sebagai jurnalis, sedang menginvestigasi terkait setoran deviden BUMD tersebut kepada Pemprop selaku pemilik.
Penutup
Publik NTT termasuk diaspora NTT sejauh ini sudah bisa memaklumi dan juga mentolerir kekerasan verbal VBL sebagai bentuk karakter personal. Tetapi dalam kasus kekerasan dan pengeroyokan atas wartawan Fabi yang sekilas mirip mirip dengan peristiwa yang dialami Ade Armando ini harus diusut tuntas.
VBL selaku penguasa di NTT diharapkan dapat memberikan atensi agar kasus ini dapat terungkap, Provinsi NTT telah dikenal sebagai wilayah yang aman dan damai. Jangan dibiarkan terpapar oleh kekerasan fisik yang tidak sportif itu.
Penulis
Drs. GF. Didinong Say
Diaspora NTT di Jakarta