Foro : ilustrasi |
Opini Fabian Latuan, Ketua Komunitas Wartawan Peduli Pembangunan/Kowappem
Beberapa hari lalu, ketika membuka WAG sekitar Pukul 23.00 Wita saya membaca membaca link berita berjudul: Guru Besar Undana Ini Beber Fakta Terkait Bank NTT, Akui Kinerja Sekarang Lebih Baik. Berita ini ditayang oleh media online Mediator Kupang.Com milik Stenley Boymau.
Link berita :
Setelah saya baca, berita ini isinya tentang ‘pembelaan’ terhadap bank kebanggaan kita, Bank NTT. Diantaranya ‘pembelaan’ tentang menurunnya Laba Bersih 3 tahun terakhir karena dampak Pandemi Covid-19 dan mengakui kinerja Bank NTT saat ini lebih baik.
Saya tersenyum-senyum sendiri saat membaca berita tersebut di malam itu. Pertanyaannya, mengapa saya tersenyum sendiri?
Ada beberapa hal yang membuat saya harus tersenyum sendiri di tengah malam saat seisi rumah terlelap tidur sendiri:
Pertama, berita itu ditulis oleh orang Humas Bank NTT.
Berita wawancara dengan Prof. Fred Benu ditulis oleh Stenly Boymau, karyawan Humas Bank (Ini bisa di lihat dari inisial diakhir berita tertulis: hms/boy). Stenly juga dikenal sebagai wartawan/pemilik Mediator Kupang.Com. Yah .... Stenly sudah dikenal sebagai wartawan sekitar 20 tahun, namun Ia sedang ‘melacurkan’ profesinya sebagai Pegawai Humas Bank NTT dalam beberapa tahun terakhir.
Saya katakan sedang ‘melacurkan’ profesinya sebagai wartawan karena Stenly dikontrak dan digaji oleh bank NTT dalam kapasitasnya sebagai seorang wartawan. Hehehe ... sudah pasti tulisannya akan membela ‘Majikan’ dan perusahaan tempatnya bekerja.
Tentunya, Stenly tak mau kehilangan penghasilannya sebagai pegawai bank NTT yang besaran gajinya menggiurkan. Selain itu perjalanan dinas, tunjangan dan bonus- bonus.
Hmmm ... belum lagi dana kerjasama media bernilai puluhan juta rupiah yang diduga juga diperoleh media online milik Stenly, Mediator Kupang.Com. Apalagi Stenly punya kuasa untuk menentukan media-media mana yang mendapatkan kerjasama dengan bank NTT.
Praktek Kolusi dan Nepotismenya sudah jelas terlihat, tinggal membuktikan Korupsinya. Apakah ada alokasi dana kerjasama untuk media online miliknya atau tidak?
Dalam kode etik jurnalistik, apa yang dilakukan Stenley ini dapat dikategorikan melanggar Pasal 1 karena tidak independen. Juga melanggar Pasal 6 karena menyalahgunakan profesi.
Kedua, Nara Sumber Berita adalah seorang mantan Komisaris Bank NTT
Nara sumber dalam berita ini adalah seorang seirang mantan Komisaris Bank NTT dan juga Guru Besar/Profesor Bidang Pertanian Lahan Kering, Prof. Ir. Frederick L. Benu, M.Si, P.hd atau biasa disapa Fred Benu. Beliau juga mantan Rektor Undana.
Namun dalam tulisan ini, saya tidak ingin melibatkan Gelar Profesor Lahan Kering yang disandang Narasumber karena saya sangat menghormati gelar itu. Apalagi gelar itu tidak ada kaitannya sama sekali dengan masalah di Bank Kebanggaan Milik Rakyat NTT. Sehingga dalam tulisan ini saya merasa lebih nyaman menggunakan sebutan Tuan Fred Benu.
Sebagai mantan Komisaris Bank NTT, Tuan Fred Benu sudah pasti pernah mengenyam nikmatnya gaji, tunjangan, perjalanan dinas, dan dana tantiem (bonus yang dibagikan kepada Dewan Direksi dan Dewan Komisaris). Dana Tantiem ini nilainya sudah pasti menggiurkan karena berkisar ratusan juta hingga milyaran rupiah setiap tahun.
Tapi awas .... di tahun 2013 ada temuan BPK RI tentang dugaan Mark up (penggelembungan, red) dana Tantiem dan Jasa Produksi di masa Tuan Fred Benu menjadi Komisaris Bank NTT. Nilai temuan Mark up cukup fantastis, yakni mencapai sekitar Rp 9,1 Milyar.
Link berita
Apakah nikmatnya ‘Susu’ dari ‘Sapi Perah’ bernama Bank NTT yang pernah dinikmati Tuan Fred Benu sekitar 8 tahun telah membuat pandangan beliau terhadap bank NTT menjadi ‘kabur’? Sehingga beliau kehilangan kekritisan dan kejujurannya sebagai seorang akademisi? Hanya Tuan Fred Benu yang bisa menjawab secara jujur dari hati nuraninya.
Ketiga, Fakta yang dipaparkan Tuan Fred Benu tidak jujur.
Saya kenal Tuan Fred Benu sejak tahun 2000-an, ketika mewawancarainya beberapa kali. Saya sangat hormat kepada beliau sebagai seorang akademisi yang pintar, kritis, dan jujur terhadap fakta dan kebenaran. Analisisnya sangat tajam.
Namun dalam berita yang dilansir mediator Kupang.com, Tuan Fred Benu mengatakan beberapa hal yang saya sendiri ragu kalau itu pernyataan beliau. Ada 2 pernyataan beliau dalam berita tersebut yang ingin saya bedah bersama anda, antara lain:
1. Menurunnya Laba Bank NTT dalam 3 tahun terakhir sebagai dampak Pandemi Covid-19.
2. Kinerja Bank NTT saat ini lebih baik.
Saya sempat tertegun sejenak ketika membaca berita tersebut. Pertanyaannya, benarkah ini komentar beliau? Pertanyaan ini terus muncul di benak saya.
Namun karena tidak ada klaim/klarifikasi beliau maka saya anggap itu pernyataan beliau. Atau mungkinkah nama dan mulut Tuan Fred Benu yang diduga ‘dipinjam pakai’ menjadi Tameng oleh Stenley Boymau untuk melindungi oknum-oknum di jajaran Direksi dan Komisaris yang tidak becus bekerja?
Bagi saya, ada ketidakjujuran akademis yang sedang dipertontonkan Tuan Fred Benu dari pernyataannya tersebut. Mari kita sama-sama membedahnya berdasarkan data dan fakta, bukan sekedar asal bunyi.
Pandemi Covid-19 Berdampak pada Penurunan Laba Bersih.
Menurut Tuan Fred Benu, Pandemi Covid-19 menurunkan perolehan laba Bank NTT dalam 3 tahun terakhir, padahal faktanya tidak demikian.
Fakta sebenarnya, Pandemi Covid-19 tidak memberikan dampak negatif terhadap kinerja bank NTT. Itu dapat terlihat dengan sangat jelas dari penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) alias tabungan masyarakat yang terus meningkat dalam 3 tahun terakhir. Begitu pula dengan penyaluran Kredit yang terus meningkat dalam 3 tahun terakhir.
Sehingga dapat dipastikan bahwa penurunan kinerja Bank NTT sesungguhnya tidak terkait dengan Pendemi Covid – 19 karena :
i. Kredit yang diberikan, Pendapatan Bunga terus bertumbuh;
ii. Beban operasional dan non operasional meningkat;
iii. Adanya Kebijakan Otoritas Jasa Keuangan terkait penanganan dampak Covid – 19 sesuai Siaran Pers Nomor SP 31/DHMS/OJK/IV/2020 yaitu :
OJK mengeluarkan lima Peraturan OJK (POJK) sebagai tindak lanjut kewenangan OJK dalam pelaksanaan Perppu No. 1/2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. POJK ini untuk mendukung upaya menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong tetap bergeraknya roda perekonomian nasional.
1. POJK No. 14/POJK.05/2020 Tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 Bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank.
2. POJK No. 15/POJK.04/2020 Tentang Rencana dan Penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Terbuka.
3. POJK No. 16/POJK.04/2020 Tentang Pelaksanaan Rapat Umum Perusahaan Terbuka Secara Elektronik.
4. POJK No. 17/POJK.04/2020 Tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha.
5. POJK No. 18/POJK.03/2020 Tentang Perintah Tertulis Untuk Penanganan Permasalahan Bank.
Berbagai regulasi yang diterbitkan pemerintah pusat telah menyelamatkan perbankan secara nasional. Itu dapat dilihat dari pertumbuhan positif perbankan nasional dimasa Pandemi Covid-19 hingga saat ini.
Begitupun bank NTT, DPK yang dihimpun dan kredit (berdasarkan laporan keuangan Bank NTT Audited) yang disalurkan terus mengalami peningkatan dalam 3 tahun terakhir.
Meningkatnya DPK yang dihimpun dan meningkatnya Kredit yang disalurkan bank NTT dalam 3 tahun terakhir, seharusnya berdampak lurus pada peningkatan laba Bank NTT. Apalagi manajemen bank NTT telah melakukan penghematan luar biasa dengan menghapus gaji (dari 24 kali gaji setahun menjadi 14 kali gaji setahun, red), bonus dan tunjangan lainnya.
Tapi mengapa justru terjadi sebaliknya? Peningkatan DPK dan penyaluran Kredit serta relaksasi dari pemerintah justru diikuti dengan kinerja negatif yang terlihat dari penurunan Laba Bersih? Padahal pendapatan operasional dan non-operasional meningkat pula. Ini harus diklarifikasi Direksi dan Komisaris Bank NTT.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pandemi Covid-19 tidak berdampak pada menurunnya laba bersih bank NTT seperti dikatakan Tuan Fred Benu.
Kinerja bank NTT lebih baik.
Saya sepakat dengan pernyataan Tuan Fred Benu bahwa kita mesti mengawal Bank NTT agar kinerjanya lebih meningkat. Tapi saya tidak sependapat bahwa kinerja keuangan bank NTT saat ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Pertanyaan sederhananya, apa yang menjadi ukuran/indikator bagi Tuan Fred Benu sehingga dengan seenaknya menyimpulkan bahwa kinerja bank NTT saat ini lebih baik? Sementara faktanya, Laba Bersih yang menjadi indikator utama dalam menghitung kinerja keuangan suatu perusahaan/bank NTT justru terus anjlok dalam 3 tahun terakhir?
Hmmm ... Apakah Tuan Fred Benu punya rumus sendiri atau rumus baru untuk menghitung kinerja keuangan? Apakah Tuan Fred Benu dapat mempertanggungjawabkan pernyataan itu secara ilmiah?
Bagi saya, tak dapat disangkal oleh siapapun bahwa anjloknya laba bersih dalam 3 tahun berturut-turut merupakan indikator utama semakin rendahnya kinerja keuangan bank NTT. Karena rendahnya laba bersih akan berdampak langsung pada anjloknya ROI, ROE dan sejumlah indikator kinerja lainnya.
***
Faktanya berdasarkan data (laporan keuangan, red), ada peningkatan biaya operasional hingga lebih dari Rp 40 Milyar dalam setahun? Ada juga penggunaan dana perjalanan dinas yang nilainya fantastis hingga Rp 17,4 M setahun? Bahkan jumlah hari perjalanan dinas Dirut ARK di tahun 2022, lebih banyak dari jumlah hari kerja.
Tidak hanya itu, ada penghapusan ratusan milyar kredit macet hanya untuk menekan NPL (Non Performing Loan) yang sangat tinggi (pernah mencapai lebih dari 4 %). Jadi menurut saya, NPL saat ini hanyalah NPL semu.
Ini bakal menjadi Bom Waktu karena pengurus bank NTT tidak mampu menekan angka kredit macet akibat longgarnya pemberian kredit produktif bernilai puluhan hingga ratusan milyar rupiah untuk cokong-cukong dari luar NTT.
Padahal core bisnis Bank NTT adalah kredit konsumtif dari para ASN yang boleh dibilang tanpa resiko kredit macet. Namun mengapa bukan core bisnis ini yang dikembangkan?
Lalu mengapa para ASN merasa dipersulit dalam mengurus kredit di bank NTT dengan berbagai aturan, sementara para cukong nakal sengaja dibiarkan melanggar berbagai aturan kredit? Akibatnya, sesuai LHP BPK RI, sebagian besar kredit macet berasal dari kredit produktif dari para cukong.
Apakah Tuan Fred Benu tahu bahwa sebagian dana dari bank NTT itu juga digunakan untuk membiayai kepentingan politik elit tertentu? Bahkan ada elit politik yang sekali jalan membawa rombongan hingga puluhan orang. Bak Safari Politik yang sebenarnya tidak ada manfaatnya untuk peningkatan laba tapi terpaksa dibiayai oleh Bank NTT. Bahkan beredar kabar bahwa ada Kepala Cabang Bank NTT yang sempat dinon-aktifkan gegara menolak membayar biaya rombongan elit politik yang datang di daerah kerjanya.
Apakah Tuan Fred Benu Tahu, ada sebagian dana yang dipakai untuk foya-foya, membayar artis dan membiayai kelakuan oknum-oknum di bank NTT dan di luar bank NTT? Bahkan dari isu yang beredar, juga untuk membiayai ‘kelakuan’ pejabat publik? Hehehe .... kabarnya sekali makan di cafe langganannya harus ‘ditemani’ dua orang ABG Cantik berdarah lokal.
Mungkin saja Tuan Fred Benu benar-benar tidak tahu atau mungkin saja berpura-pura tidak tahu. Tapi saya perlu ingatkan Tuan Fred Benu dalam kapasitas sebagai seorang akademisi senior di NTT yang saya hormati untuk tetap kritis, faktual dan jujur seperti Tuan Fred Benu yang dikenal oleh saya dan publik NTT.
Keempat, Ada skenario Menjadikan Tuan Fred Benu sebagai Tameng.
Saya melihat ada skenario dibalik pemberitaan tersebut untuk memanfaatkan kapasitas Tuan Fred Benu sebagai seorang akademisi senior (guru besar) untuk menangkis serangan kritik masyarakat di media online dan media sosial (medsos).
Mungkin juga Tuan Fred Benu tidak menguasai data perkembangan Bank NTT sejak pensiun sebagai komisaris Bank NTT. Akibatnya, beliau mudah terjebak dalam skenario yang diduga dijalankan Stenly Boymau.
Terlepas dari skenario itu, saya mau katakan bahwa komentar Tuan Fred Benu dalam berita Mediator Kupang.Com yang ditulis Stenly Boymau kemudian juga di share oleh media-media online ‘piaraan’ bank NTT, bak Tuan Fred Benu sedang menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri.
Apalagi kalau air di dalam ‘dulang’ ternyata berisi kotoran dan air yang berbau busuk. Tentunya Tuan Fred Benu tak mau muka sendiri menjadi kotor dan berbau akibat percikan kotoran dan air yang berbau dari ‘dulang’ bank NTT.
Namun ibarat nasi sudah menjadi bubur, semua telah terjadi dan itu tak bisa dibalikkan kembali. Percikan air dari dulang yang kotor dan berbau busuk itu, telah mengenai wajah/muka Tuan Fred Benu.
Itu bisa dilihat dari hujan kritik yang diterima Tuan Fred Benu. Bahkan ‘aib-aib’ lama yang selama ini terselubung dengan rapi dan tak ada kaitannya sama sekali dengan bank NTT pun dibeberkan secara gamblang di media sosial. Terlepas dari benar atau tidaknya ‘aib-aib’ itu, tentunya kita semua tidak berharap itu terjadi.
Saya sepakat dengan Tuan bahwa ada banyak keberhasilan yang dicapai bank NTT. Sudah sepatutnya kita dukung. Memang tak ada yang salah dari bank NTT sebagai lembaga.
Tapi kita juga tak bisa menutup mata dengan kebobrokan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab di jajaran pengurus, baik di Dewan Direksi, Dewan Komisaris (terkait SK. 01A, red) dan pejabat bank NTT.
Pada prinsipnya, saya sependapat dengan Tuan Fred Benu bahwa saat ini Bank NTT perlu kita kawal. Ibarat kereta api, Bank NTT sedang berjalan pada rel yang benar. Namun berusaha dibelokkan oleh masinis dan kernet-kernetnya. Yah ... yang tak becus adalah masinisnya dan kernet-kernet yang mengendalikannya.
Karena itu perlu segera dilakukan penyegaran pengurus bank NTT saat ini, baik Dewan Komisaris, Dewan Direksi hingga Kadiv-kadivnya. Seperti permintaan Pemegang Saham Seri B, Amos Corputy agar dilakukan RUPS LB untuk mengganti pengurus bank NTT.
Sebab menurut Beliau, ada ‘tikus-tikus rakus’ di jajaran Komisaris dan Direksi yang mesti diganti. Sedangkan pengurus yang baik tetap dipertahankan dengan melakukan Fit and Proper Test ulang.
Pada kesempatan ini, perlu juga saya tegaskan bahwa tulisan ini tidak bermaksud menyudutkan atau menyerang pihak manapun. Saya hanya berusaha membuka dan memaparkan fakta-fakta apa adanya untuk membuka cakrawala berpikir pembaca agar tidak terjerumus dalam opini sesat alias sesat pikir yang sengaja ditebarkan demi kepentingan menyelamatkan muka dan jabatan oknum-oknum tertentu.
Tentunya, saya, anda, dia dan semua kita ingin agar bank NTT bertumbuh menjadi bank yang sehat. Karena itu, saya ajak kita semua bergandeng tangan untuk menyelamatkan bank NTT yang sudah berada diambang keterpurukan karena ulah segelintir oknum rakus dan bertabiat menjilat demi menyelamatkan jabatannya. Save bank NTT! Gusur ‘Tikus-Tikus Rakus’ dan Penjilat di bank NTT!
# Save Bank NTT
# Gusur Tikus-Tikus Rakus
# Bebaskan dari Kepentingan Politik