Foto : Kantor Bank NTT |
Penulis : Paul Adrian (jurnalis)
Kupang, A1-Channel.com -- Beberapa waktu terakhir, topik mengenai Bank NTT cukup kencang mendapat banyak sorotan dari masyarakat terutama pengguna sosial media, baik itu tentang berbagai penghargaan yang diraih maupun beragam persoalan yang mendera Bank kebanggaan masyarakat NTT.
Melihat fenomena tersebut, akhirnya saya pun tertarik untuk mencari tau lebih banyak tentang Bank NTT, dengan cara mengunjungi Website Bank NTT yang beralamat di www.bpdntt.co.id untuk melihat kinerja keuangan bank NTT pada tahun 2022 dengan tujuan untuk menjadi informasi pengetahuan, dan semoga bisa menjadi acuan untuk mendorong nilai bisnis dari bank NTT.
Saat mengunjungi Website bank NTT dengan alamat www.bpdntt.co.id/2022 kita akan disajikan data laporan neraca dan laba rugi Bank NTT tahun 2022 . Sebagian kinerja keuangan bank NTT selama tahun 2022 akan tergambar pada neraca dan laba rugi sebagaimana dilaporkan.
Berikut 2 buah pos neraca yakni CKPN kredit & baki debet kredit serta 1 pos laba/rugi akan sama-sama kita analisis. Tiga pos ini sangat bertalian satu sama lain menentukan kinerja keuangan bank NTT. Mari kita bahas satu per satu.
A. CKPN Kredit
Apa itu CKPN kredit ? CKPN Singkatan dari Cadangan Kerugian Penurunan Nilai kredit, adalah ; cadangan yang disiapkan oleh bank NTT untuk menghadapi risiko penurunan nilai kredit. Risiko penurunan nilai kredit itu berupa kerugianyang terjadi bila kredit yang telah diberikan tidak tertagih kembali. Semakin besar CKPN kredit semakin baik kemampuan bank NTT meredam bila terjadi gejolak risiko kredit yang tidak tertagih kembali. Variabel yang menentukan besaran CKPN salah satunya adalah kualitas kredit, semakin besar jumlah kredit bermasalah atau NPL (Non Performing Loan) maka semakin besar kewajiban bank membentuk CKPN, sebaliknya semakin kecil kredit bermasalah maka semakin kecil pula kewajiban membentuk CKPN. Berikut jumlah ekspansi kredit, semakin besar ekspansi kredit maka semakin besar pula kewajiban membentuk CKPN. Porsi terbesar biaya CKPN berasal dari kredit bermasalah. Semakin banyak kredit bermasalah semakin besar kewajiban bank NTT membentuk CKPN. Karena itu pengurus bank akan sangat menjaga agar pengembalian kredit selalu lancar, dalam istilah banknya di namai “kolektibilitas lancar”. Secara akuntansi setiap pembentukan CKPN kredit itu berarti bank membentuk biaya. Karena itu pengaturan besaran CKPN menjadi salah satu strategi pengurus bank untuk menyiasati tebal tipisnya atau besar kecilnya laba . Karena CKPN akan selalu berkaitan dengan biaya, maka bank akan berusaha seirit mungkin (tentu secara proporsional) membentuk CKPN agar besaran laba bisa dalam posisi yang selalu tebal (selalu besar). CKPN yang di bentuk bank NTT selama tahun 2022 (tabel 1) seperti yang tampilkan di bawah ini saya ringkas dari website bank NTT www.bpdntt.co.id/2022 .
Mari kita arahkan pandangan pada angka yang saya tebalkan berwarnah merah. Tampak terjadi penurunan pembentukan CKPN dari bulan Nopember ke bulan Desember 2022 sebesar Rp 27.657 (dua puluh tujuh milliard enam ratus lima puluh tujuh juta) rupiah . Dari Rp 187.526 Juta pada bulan Nopember menjadi Rp 159.869 juta pada bulan Desember, atau berkurang sebesar 14,75%. Jika di bandingkan dengan pembentukan CKPN pada periode sebelumnya dari Januari hingga Oktober , maka pada periode bulan Nopember ke bulan Desember merupakan periode penurunan terbesar. Menurut saya disini ada anomali.
Mengapa ? Prosentasi penurunan di periode ini sangat besar signifikannya di bandingkan dengan periode sebelumnya. Apakah penurunan ini terjadi karena memang pada bulan Desember 2022 ada perbaikan kualitas kredit ,dari kredit bermasalah menjadi kredit lancar yang sangat signifikan ? Jika menyimak pemberitaan media yang akhir-akhir ini menyoroti tingginya kredit bermasalah di bank NTT maka dugaan anomali cukup beralasan. Salah satu indikasinya adalah penutupan kantor cabang Surabaya yang disinyalir disebabkan karena tingginya kredit bermasalah di sana.
Bagaimana bisa di tengah tekanan banyaknya kredit bermasalah, pembentukan CKPN malah menurun ?
Ketidak wajaran berikut adalah terjadinya kenaikan laba yang cukup signifikan di periode yang sama yakni dari bulan Nopember ke Desember 2022, seperti yang di sajikan pada tabel 2 di bawah ini .
B. Kinerja Laba
Laba bank NTT selama tahun 2022 kami rangkumkan sebagaimana sajian pada tebel 2 berikut.
Mari kita arahkan pandangan pada angka yang saya tebalkan dan berwarna merah pada tabel 2 di atas, Tampak besaran kenaikan laba dari bulan Nopember ke Desember terjadi cukup signifikan. Dari Rp 269.867 juta pada bulan Nopember , menjadi Rp 327.347 pada bulan Desember 2022, mengalami kenaikan sebesar Rp 57.480 (lima puluh tujuh milliard empat ratus delapan puluh juta) rupiah atau naik 21% dari bulan Nopember 2022. Besarnya kenaikan ini menjadi kurang wajar jika di bandingkan dengan kenaikan laba pada bulan-bulan sebelumnya dari Januari hingga Nopember yang rentangnya hanya pada kisaran Rp 10,4 M hingga Rp 52,3 M. Pengurangan cadangan ini tentunya yang mendongkrak naik laba akhir tahun. Karena dengan adanya pengurangan cadangan itu berarti akan di tambahkan sebagai unsur pendapatan yang dibukukan sebagai pendapatan koreksi CKPN. Tidak bermaksud berburuk sangka namun apakah ini bukan trik mendongkrak naik laba, apalagi pengurangan CKPN terjadi pada bulan Desember yang merupakan periode akhir laporan atau tutup buku akhir tahun ? .
Berikut sajian lengkap pertumbuhan laba selama tahun 2022.
Anomali laporan keuangan di atas terkonfirmasi lagi dengan posisi cadangan terhadap baki debet kredit yang mestinya selalu berbanding lurus. Artinya semakin tinggi baki debet kredit maka semakin tinggi pula CKPN. Namun yang terjadi tidak seperti itu . Mari kita konfirmasi analisis itu berdasarkan sajian data besaran kredit versus CKPN selama tahun 2022 sebagaimana sajian pada tabel 3 berikut ;
Pada tingkatan Baki debet kredit sebesar RP 10.976.113 juta pada bulan Januari 2022, bank NTT membentuk CKPN kredit sebesar Rp Rp 189.916 juta pada bulan yang sama. Lalu setelah Baki Debet Kredit meningkat menjadi Rp 11.815.139 juta pada bulan Desember 2022 , malah CKPN kredit diturunkan menjadi RP 159.859 juta pada bulan yang sama . Saya memakai diksi “di turunkan” karena membukukan CKPN kredit itu dilakukan berdasarkan perhitungan yang mengacu pada besaran baki debet kredit dan kondisi kualitas kredit di dalam bucket (keranjangnya) masing-masing.
Hal serupa terjadi juga pada bulan Nopember 2022, saat posisi baki debet kredit mencapai Rp 11.667.201 Juta, pada bulan yang sama bank NTT membentuk CKPN sebesar Rp 187.526 juta, sedangkan setelah baki debet bertambah menjadi Rp 11.815.139 Juta pada bulan Desember 2023 , bank NTT malah menurunkan pembentukan CKPN menjadi Rp 159.859 Juta. Alasan seperti ini tidak tepat .
Apa dasar dan motivasi perlakuan yang asimetris ini ?
Masih di dalam website yang sama yakni di www.bpdntt.co.id Saya mencoba mengkonfirmasi potensi anomaly laporan tersebut juga dengan kondisi neraca dan laba rugi periode tanggal 31 Januari 2023. Seperti di sajikan pada tabel 4 berikut.
Di sini tampak ada anomaly lagi. Di mana anomalinya? Anomalinya terletak pada jumlah pembentukan CKPN kredit , dimana saat terjadi penurunan baki debet kredit pada bulan Desember 2022 yakni dari Rp 11.815.139 juta (lihat tabel 3), menjadi Rp 11.684.665 juta di bulan Januari 2023 (lihat tabel 4) , mengapa CKPN kredit dinaikan lagi menjadi Rp 179.800 juta dari sebelumnya di bulan Desember 2022 sebesar Rp 159.869 juta (lihat tabel 3). Yang wajarnya bila Baki Debet pinjaman turun maka CKPN kreditpun di turunkan. Dugaan saya CKPN bulan Januari 2023 di naikan lagi untuk mengembalikan porsi CKPN yang besaran semestinya dibentuk pada CKPN bulan Dsember 2022. Namun bila hal ini di lakukan maka laba pada bulan Desember tahun 2022 tidak akan mencapai Rp 327.347 Milard, tetapi hanya sekitar Rp 299.690 Miliard , yakni di dapat dari Laba Rp 327.347 dikurangi CKPN Rp 27.657 = Rp 299.690. Ada apa ini ?
Agar ini tidak di curigai sebagai upaya window dressing yakni upaya mempercantik laporan keuangan atau portofolio oleh pengurus untuk meningkatkan performa kinerja sebelum di suguhkan kepada stake holder atau share holder, maka untuk memastikan itu perlu uji lanjutan oleh Bank NTT , accuntant public, dan OJK yang mengawasi bank NTT. Semoga analisis saya ini bisa menjadi pertimbangan untuk di mitigasi bersama potensi terjadinya anomali laporan.
Tulisan ini hanyalah kajian analisis berdasarkan laporan kinerja keuangan yang ada di web site www.bpdntt.co.id bila ada yang ingin mengkritisi, menyanggah dan atau memperbaiki, maka silahkan mengirimkan tulisan lewat email a1channel2104@gmail.com . (A121)